Puger, MEDIAJEMBER.COM — Ketua Paguyuban Kios Pupuk Kecamatan Puger, Hendro Saputro, menegaskan bahwa pihaknya tidak terlibat dalam praktik monopoli distribusi pupuk subsidi. Pernyataan tersebut disampaikan saat ia dikonfirmasi mengenai polemik yang beredar pada Sabtu (18/01/2025).
Hendro menegaskan bahwa petani yang mengajukan perpindahan kios kepada distributor. “Permintaan tersebut berasal dari hasil rapat kelompok tani yang disampaikan secara tertulis ditanda tangani oleh Ketua Kelompok Tani, PPL, Tim Verval juga Koordinator BPP kepada CV ARTA GUNA sebagai distributor pupuk.” Jelasnya.
Ia juga menjelaskan bahwa penjualan pupuk subsidi di Puger mengikuti harga eceran tertinggi (HET). Untuk pupuk Urea subsidi, HET ditetapkan Rp 112.500 per 50 kg, sementara Ponska seharga Rp 115.000 per 50 kg.
“Meskipun harga HET sudah ditetapkan, di kios mereka pupuk dijual dengan harga Rp 125.000 per 50 kg. Lebihnya dari harga HET masuk ke kas kelompok tani untuk operasional.” Lanjut Hendro.
Ia memastikan transaksi tersebut dilakukan secara transparan dan tidak ada keuntungan pribadi.
Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Agung Rahayu 2, Rahmat Agung Efendi, menjelaskan bahwa harga pupuk subsidi di kios Bundesma sudah sesuai dengan HET yang berlaku.
Ia mengatakan, “Dalam pertemuan petani pada 21 Juli 2024, harga sepakat dinaikkan menjadi Rp 125.000 per 50 kg untuk Urea dan Ponska. Keputusan tersebut disetujui oleh semua pihak, termasuk perwakilan BPD dan Pemdes Puger Wetan hadir.”
Uang kas kelompok, kata Rahmat, digunakan untuk berbagai keperluan operasional, seperti ongkos konsumsi rapat yang diadakan 2 bulan sekali. Selain itu, kelompok tani juga menggunakan dana kas untuk membeli herbisida dan mendukung kegiatan sosial di desa, seperti tutup tandur.
Senada dengan Rahmat, Suwarno, perwakilan Gapoktan Desa Puger Wetan, menyatakan bahwa penjualan pupuk subsidi di kios Bundesma sudah sesuai dengan HET.
“Harga Rp 125.000 sudah sesuai dengan kesepakatan para petani dan semua pihak, yang dituangkannya dalam berita acara pertemuan.” Katanya.
Terkait perubahan ketua kelompok tani Agung Rahayu 3, Suwarno mengungkapkan bahwa perubahan tersebut dilakukan atas keinginan petani.
“Banyak anggota kelompok yang merasa tidak puas dengan kepemimpinan Buhori, karena tidak transparan dalam pengelolaan pupuk. Gapoktan pun mengambil alih sementara kelompok tersebut untuk menghindari kericuhan lebih lanjut.”
Gapoktan melakukan langkah tersebut setelah kios yang menaungi Buhori tidak lagi dapat menerima pupuk. Mereka pun memindahkan distribusi pupuk ke kios Bundesma. Meski demikian, Buhori menolak bergabung dan memilih untuk melaporkan masalah ini ke Kepala Desa.
Wimphie Agraris Pambudi, penyuluh lapangan Desa Puger Wetan, menilai pengambilalihan kelompok Agung Rahayu 3 oleh Gapoktan adalah keputusan yang tepat. Menurutnya, ada dugaan permainan dalam distribusi pupuk oleh Buhori, seperti pengakuan bahwa pupuk tidak tersedia meskipun sebenarnya ada.
Wimphie berharap distribusi pupuk subsidi di Puger dapat tertata lebih baik di masa mendatang. Perbaikan e-RDKK dan pemerataan distribusi pupuk menjadi harapan besar agar tidak ada lagi penyelewengan.
Editor : Sam Heri