Bondowoso, MEDIAJEMBER.Com — Nyaris di setiap kota, ada nama nama kampung yang mayoritas dihuni oleh kelompok atau suku tertentu yang menjadi sebutan kampung tersebut.
Di kota Bondowoso Jawa Timur, ada bermacam nama kampung, misal kampung Jawa, mayoritas penghuninya orang Jawa. Kampung Arab, hampir semua memang dihuni orang Arab.
Ada kampung Templek, kampung ini unik karena hanya sekelumit areanya, yang lokasinya dihimpit oleh sungai dan jalan Veteran yang hanya berjarak 50 meter dari stasiun kereta api, yang sekarang menjadi Musium Kereta Api Bondowoso.
Kampung ini banyak dihuni orang , Pamekasan, Sampang, Bangkalan dan Sumenep, orang asli dari pulau Madura yang berjualan di pasar induk kota Bondowoso.
MediaJember.com pada Ramadan tahun ini berusaha hadir ke daerah Kampung Pecinan. Kampung ini berada di jantung kota Bondowoso, sepanjang jalan hampir 400meter, di kanan kirinya dihuni oleh kaum keturunan China etnis Tionghoa .
Di sepanjang trotoar jalan di kampung ini, saat Ramadhan bila sore banyak sekali pedagang kaki lima menyajikan jualan aneka rupa, untuk hidangan berbuka puasa.
Seorang penjual jam di kampung China, pak Riska(54), warga desa Kemirian, Kecamatan Tamanan, kabupaten Bondowoso, mengatakan dia berjualan sudah cukup lama.
“Saya sejak tahun 1995 berjualan jam tangan juga kaca mata beserta asesorisnya di sini. Namun bila sore menjelang Magrib saya tiap hari pulang ke Tamanan,” ucap bapak Riska.
Untuk jarak tempuhnya kalau pulang pergi sekitar 80kiloan, lumayan cukup jauh, imbuh pak Riska sambil menunjukkan sepeda motornya yang agak butut.
Menurutnya berjualan di tahun ini tidak seramai tahun lalu, walau kata orang biasanya di bulan puasa adalah bulan panin bagi semua pedagang.
“Berjualan di tahun sekarang tidak seperti lima atau sepuluh tahun yang lalu,” ucapnya dengan nada sedikit berat.
Penyebab jualan agak sepi, ini imbas dari banyak munculnya toko toko baru, Mall dan Dept Store yang sekarang menjamur di kota Tape.
“Apalagi sekarang masyarakat sudah bisa beli online lewat Hp, tapi saya selalu bersyukur masih bisa bertahan berjualan di trotoar Pecinan ini. Karena mencari haluan untuk usaha yang lain, saya tidak bisa,” Bapak Riska mengakhiri obralan sorenya dengan Mediajember.Com, Kamis (04/04/2024).
Sambil menatap dagangannya yang berjejer rapi, dia mengharap sebelum beduk takbir hari kemenangan idul Fitri 1445H tiba, jam tangan dan kacamata dagangannya lebih banyak lagi pembeli. (xbal).
Penulis : Iqbal Tarkat Jr.