MEDIAJEMBER.COM — Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida (KP3) di Kabupaten Jember terkesan mati suri dan gagal mengawasi pengelolaan pupuk bersubsidi.
Kinerja KP3 mulai dari tingkat Kabupaten sampai kecamatan tidak optimal melakukan pengawasan. Terbukti masih banyak kios masih menjual pupuk subsidi di atas Harga Eceran Tertinggi (HET).
KP3 di tingkat kecamatan sebagai garda terdepan seharusnya mengawasi distribusi pupuk bersubsidi dengan ketat. Namun, di lapangan, pengawasan ini sering mandek. Akibatnya, petani kesulitan mendapatkan pupuk dengan harga sesuai HET.
Selain itu juga, petani mengeluhkan kelangkaan pupuk subsidi serta distribusi yang tidak merata. Bahkan, muncul dugaan penyimpangan dalam proses penyalurannya.
Hal yang lebih mengenaskan, kinerja KP3 lemah dan tidak memiliki ketegasan dalam menjalankan tugasnya. Minimnya pengawasan menyebabkan berbagai penyimpangan dalam distribusi pupuk subsidi terus terjadi.

Kinerja KP3 tidak optimal karena kurangnya transparansi informasi. Komisi pengawasan ini jarang memberikan informasi jelas terkait kuota pupuk, jadwal distribusi, dan mekanisme pengawasan. Akibatnya, petani tidak tahu harus mengadu ke siapa saat terjadi masalah.
Masalah lain yang mengindikasikan lemahnya KP3, koordinasi dengan stakeholder berjalan baik.
Koordinasi dengan distributor, kios resmi, dan kelompok tani terkesan dilakukan setengah hati.
Mirisnya lagi, selama ini tidak ada tindakan tegas terhadap penyimpangan pupuk subsidi. Meski banyak laporan tentang penimbunan atau permainan harga, tindakan KP3 hanya sebatas peringatan administrasi sampai pencabutan ijin kios.
Kurang tegas dalam memberikan sanksi inilah, menyebabkan pelaku penyimpangan tidak jera, dan cenderung terus mengulangi lagi perbuatannya.
Kinerja KP3 Jember mati suri ini layak mendapat perhatian serius dari pemerintah. Jika kondisi ini dibiarkan, KP3 hanya akan menjadi lembaga tanpa fungsi nyata.
“Pemerintah dan pihak terkait harus segera mengevaluasi dan memperbaiki sistem pengawasan pupuk agar lebih efektif dan tidak merugikan petani”
Penulis : Heri Santoso