Mengenal Prof. Erlina Narulita, S.Pd. M.Si. P.hd. Guru Besar Bioteknologi Pertama Unej

- Jurnalis

Senin, 29 Januari 2024 - 08:19 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

MEDIAJEMBER.COMProf. Erlia Narulita, S.Pd., M.Si., Ph.D Guru Besar Bioteknologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Jember (Unej). Guru Besar pertama bidang Bioteknologi Unej ini akan menyampaikan orasi ilmiah tentang rekayasa bakteriofag kesehatan, untuk mengatasi resistensi antibiotik khususnya di Indonesia, Senin 29 Januari 2024.

Dosen FKIP Unej asli kelahiran Jember 5 Juli 1980 ini mendapatkan gelar akademik tertinggi Guru Besar setelah mengadi cukup lama. Sejak 2006, Prof Erlia, sapaan karibnya mengajar di Program Studi Biologi FKIP Unej.

Sebelumnya, pendidikan formal Prof Erlia juga terpusat di Kabupaten Jember. Mulai dari SDN Jember Lor V, SMP Negeri 2 Jember, SMU Negeri 1 Jember hingga S1 di Prodi Biologi FKIP UNej. Baru kemudian melanjutkan S2 di Institut Teknologi Bandung (ITB) dan S3 di Hiroshima University Jepang.

Baca Juga :  HUT RI ke-78 PMR SMK PGRI 5 Jember Gelar Donor Darah

Saat kuliah S2 dan S3, Prof Erlia menekuni bidang bioteknologi.
Selain ngajar, Prof Erlia juga dipercaya Sekretaris Gugus Penjamin Mutu FKIP Unej sampai tahun 2020.

Kemudian dipercaya menjadi koordinator Program Studi Prodi Pendidikan Biologi -Universitas Jember dan dan Ketua Komisi Bimbingan S3 Bioteknologi Unej. Prof Erlia dikenal disiplin dan giat bekerja.

Nah, dalam pengukuhan guru besar bersama tujuh professor lain di Unej, Prof Erlia akan menyampaikan orasi ilmiah tentang harapan dan tantangan rekayasa bakteriofag kesehatan, untuk mengatasi resistensi antibiotik khususnya di Indonesia.

“Perkembangan penelitian terkait bakteriofag di Indonesia memang belum popular dan masih sangat terbatas, namun menunjukkan potensi yang menjanjikan,” tutur Prof Erlia.

Baca Juga :  Jelang Musim Penghujan, Koramil Balung Gelar Karya Bakti TNI

Menurut Prof Erlia, Bakteriofag memiliki aplikasi luas terhadap berbagai masalah penting kesehatan, termasuk salah satunya solusi yang menjanjikan dalam mengobati infeksi bakteri pathogen pada manusia. Penggunaan bakteriofag untuk terapi infeksi bakteri, apalagi dengan rekayasa genom masih memerlukan penelitian panjang dan berbagai uji.

Bakteriofag pernah menjadi alternatif penyembuhan infeksi bakteri patogen pada masa Perang Dunia II. Namun, bakteriofag mulai ditinggalkan karena adanya penemuan antibiotik yang cenderung satu antibiotik menyelesaikan banyak infeksi bakteri pada saat itu.

Seiring berkembangnya jaman, kasus resistensi antibiotik semakin meningkat.

Pada tahun 2019, kematian global yang terkait dengan resistensi antibiotik diperkirakan hampir mencapai 5 juta, melebihi kematian akibat HIV/AIDS dan malaria. WHO melaporkan resistensi antibiotik akan menyebabkan 10 juta kematian per tahun pada 2050 nanti.

Baca Juga :  Polije Kenalkan Teknologi UMB Berbasis Limbah Tembakau dan Kalender Reproduksi Guna Meningkatkan Produktivitas Sapi Potong Di Kelompok Agrapana Sejahtera

“Fenomena ini mendorong para ilmuwan mancari zat antimikroba alternatif dan bakteriofag kembali menjadi salah satu entitas yang menunjukkan potensi besar,” ungkapnya.

Apalagi di Indonesia, teknologi ini memang masih belum populer. Dibutuhkan keterbukaan terhadap inovasi baru selain antibiotik, serta kolaborasi sinergis antara peneliti bakteriofag dan praktisi kesehatan untuk menanggulangi masalah resistensi antibiotik di Indonesia.

“Saya berharap bakteriofag, dengan penerapan rekayasa genom, dapat menjadi “senjata” perang ampuh melawan resistensi antibiotic di Indonesia,” pungkasnya. (*)

Berita Terkait

Akses Jalan ke SDS Nurul Islam Jember Akhirnya Dibuka Kembali Seperti Semula
Akses Jalan ke Sekolah Ditutup, Pihak SDS Nurul Islam Jember Kecewa
Koramil Jenggawah dan Pelajar Bersatu Bersihkan Lingkungan untuk Peringati Hari Pahlawan
Dua Siswa SMA Plus Bustanul Ulum Puger Juarai Lomba Pidato Bahasa Inggris Tingkat Nasional
Polije Kenalkan Teknologi UMB Berbasis Limbah Tembakau dan Kalender Reproduksi Guna Meningkatkan Produktivitas Sapi Potong Di Kelompok Agrapana Sejahtera
UNEJ Support Pelaksanaan Munas KAUJE VI
Mahasiswa Politeknik Negeri Jember Bersama FORDISPENA Manfaatkan Limbah Ampas Kelapa dan Kulit Kopi di Desa Arjasa Menjadi Tepung Gluten-free
PMR SMK 01 Diponegoro Wuluhan Peragakan Pertolongan Pertama di Depan Peserta MPLS 2024

Berita Terkait

Senin, 2 Desember 2024 - 17:07 WIB

Camat Gumukmas Tinjau Dampak Banjir di Desa Bagorejo

Sabtu, 30 November 2024 - 22:16 WIB

Perbatasan Desa Curahnongko-Desa Andong Sari, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember Kembali Terendam Banjir

Sabtu, 23 November 2024 - 08:19 WIB

Akses Jalan ke SDS Nurul Islam Jember Akhirnya Dibuka Kembali Seperti Semula

Sabtu, 16 November 2024 - 09:31 WIB

Emosi Kalah Pendukung, Tim Kampanye Hendi Diduga Merusak Banner Gus Fawait Joss di Pantai Paseban

Jumat, 8 November 2024 - 10:24 WIB

Koramil Jenggawah dan Pelajar Bersatu Bersihkan Lingkungan untuk Peringati Hari Pahlawan

Kamis, 17 Oktober 2024 - 08:40 WIB

Dua Siswa SMA Plus Bustanul Ulum Puger Juarai Lomba Pidato Bahasa Inggris Tingkat Nasional

Jumat, 11 Oktober 2024 - 17:58 WIB

Pintu Tol Arah Keluar Probolinggo Macet Total

Rabu, 9 Oktober 2024 - 09:23 WIB

Polije Kenalkan Teknologi UMB Berbasis Limbah Tembakau dan Kalender Reproduksi Guna Meningkatkan Produktivitas Sapi Potong Di Kelompok Agrapana Sejahtera

Berita Terbaru

Peristiwa

Camat Gumukmas Tinjau Dampak Banjir di Desa Bagorejo

Senin, 2 Des 2024 - 17:07 WIB